Hari ini adalah hari ketiga Ulangan Tengah Semester dengan Mata Pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Daerah which is Bahasa Sunda. Eniwey busway, Suasana kelas yang tadinya gaduh seketika langsung CEPPPPPP hening manakala kertas ulangan Bahasa Inggris telah dibagikan, ibarat segerombolan anak ayam yang berisik ketika lapar lalu dikasih makan sama pemiliknya*kata orang sih gitu*, dengan antusias mereka mulai melahap satu demi satu soal - soal yang semalaman saya susun. Hanya sebagian kecil siswa saja yang sesekali menanyakan bahasa indonesia dari kata yang mereka tidak mengerti, sebagian besar dengan khusyuknya mengerjakan tanpa tengok kanan kiri. *hm... apa saya bikin soalnya terlalu mudah ya.....!!*
Setelah kurang lebih 30 menit, segelintir siswa sudah mulai tengok kanan kiri dan mengeluarkan suara gaduh, itu pertanda mereka sudah selesai dengan pekerjaannya. Dan kurang dari 1 jam, semua siswa sudah selesai dengan mata pelajaran yang pertama.
Berhubung ingin segera pulang, saya langsung membagikan kertas ulangan mata pelajaran yang kedua, yaitu bahasa sehari - hari kita semua yaitu Bahasa Sunda. Eng Ing Eng.... suara yang terdengar pertama kali ketika kertas soalan dibagikan adalah, "Aaaaaaaaaaaahhh.... Iiiiiiiiiihhh... Uuuuhhh" semuanya mengaduh dan mengeluh. Yang membuat saya terkejut adalah berpuluh - puluh pertanyaan terlontar dari hampir seluruh siswa tentang kata- kata yang tidak mereka mengerti.
HALOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOuuuuwwwwwww... tadi aja pas bahasa inggris pada bisa, nah ini giliran bahasa sendiri, bahasa sehari - hari pada gak tau.
Seketika itu saya termenung, ada apa dengan generasi muda saya ini, apakah materi bahasa sunda yang saya berikan selama ini kurang cukup untuk mereka. Padahal alokasi waktu untuk mata pelajaran Bahasa inggris dan Bahasa Sunda itu sama, keduanya berada di bawah Mata Pelajaran Muatan Lokal yang hanya 4 jam pelajaran per minggunya. Namun miris sekali ketika mereka tidak tahu apa itu artinya Neda atau Kalintang, yang pada kenyataannya adalah bahasa daerah mereka sendiri yang sering mereka jumpai pada kehidupan sehari - hari.
Setelah saya bertapa selama beberapa jam di kantin sekolah, ternyata kecintaan generasi muda terhadap bahasa daerah telah semakin menipis, melihat orang tua sekarang lebih senang mengajarkan bahasa indonesia atau bahasa inggris sedari mereka kecil. Belum pernah saya mendengar anak yang kursus bahasa Sunda, padahal pengetahuan mereka semua termasuk saya sendiri tentang bahasa daerah saya ini masihlah sangat minim.
Bahasa, Kesenian, Kebudayaan, dan Peninggalan - peninggalan yang bersifat kedareahan lainnya sudah semakin tersisihkan seiring dengan Globalisasi.
Seharusnya kita bangga dengan bahasa daerah kita masing - masing, bukan dilupakan. Seandainya keadaan seperti ini dibiarkan begitu saja dan semakin berlarut - larut, bisa jadi beberapa puluh tahun kedepan Orang sunda tidak akan bisa bahasa sunda. *kemplang*
Dan mungkin saja ini tidak hanya terjadi di daerah saya....
Ini PR besar untuk saya sebagai tenaga pengajar.....!!
Judul: Fakta : Generasi Muda Mulai Asing Dengan Bahasa Daerah
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh Kakangguru
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh Kakangguru
jujur saya ngeri loh kalo bahasa daerah sampe punah karena generasi mudanya gak ada yang mau belajar dan mengerti bahasa dareahnya sendiri...
ReplyDeleteBahasa Daerah mas Goik apa emang?? hihihihiii...
Delete*nebak* Betawi..
Well saya akui sbagai generasi muda saya emang lebih tertarik bahasa inggris x)
ReplyDeleteTapi kemarin dosen saya (orang pemda) bilang, kalo bahasa Inggris di SD bakal dihapuskan dan diganti dengan muatan lokal. Harapannya sih katanya biar generasi muda (setelah saya) gak terjebak seperti air di daun talas (entah istilah kerennya lupa). barat ya enggak, timur ya enggak bisa
Hahahaha... Jujur saya juga lebih tertarik bahasa inggris sama jepang...
Deletetapi setidaknya saya tidak mau anak - anak saya terjerumus kelembah yang tidak benar seperti gurunya... hahahaha...
*elus elus dada* *dadanya jupe* *getok*
Sama,murid saya juga sudah jarang yang bisa menerapkan bahasa Jawa krama inggil,terhadap orang tua.
ReplyDeletesepertinya nasib bahasa daerah kebanyakan terancam punah... ini misi tersendiri buat kita mas bambang...
Deletesemangatttt...!!
kadang, kalo di daerah masih sering saia jumpai masyarakatnya berbahasa daerah tsb
ReplyDeleteamin.... mudah-mudahan tetap dilestarikan........
Deleteironinya saya juga tinggal di daerah bukan di perkotaan mba... hahahahaa....
pengaruh globalisasi dan hiburan jaman sekarang....
ReplyDeletebenar sekali mas sulthon...
Deleteglobalisasi telah mengikis kecintaan terhadap kebudayaan lokal!!
hudang teh naon kang?
ReplyDeleteHudang artinya Bangun !!!!
Deletehhhehehehehheee.....